Oktober 16, 2008

Kenang - Kenangan Hidup >> Part 2

Tafsir Al-Misbach Metro TV, 20 Oktober 2006

Acara sahur yang paling saya sukai adalah 'Tafsir Al-Misbah' (nulisnya benar ga ya!) di Metro TV dan 'Jejak Rasul' Trans TV.
Tafsir Al-Misbah dibawakan oleh ahli tafsir terbaik yang dimiliki oleh negeri ini, dikenal dengan ketinggian pemahamannya tentang Al-Quran, kesederhanaan penyampaian dan sangat rendah hati. Prof Dr Quraish Shibab, seorang ulama dimana saya meletakkan kekaguman yang teramat tinggi dan dalam atas pengetahuan yang beliau miliki, terutama tentang penafsiran Al-Quran.
Kalau boleh jujur, ketertarikan saya membaca dan mempelajari Al-Quran dan mendalami agama sangat dipengaruhi oleh ceramah beliau di berbagai media, dan buku-buku beliau yang saya baca.
Salah satu yang selalu saya baca, bahkan berulang-ulang adalah LENTERA HATI. Sungguh buka itu telah merubah pemahaman saya tentang agama yang saya anut.

Suatu pagi Jumat, 20 Oktober 2006 seperti biasa saya duduk terpekur didepan televisi menonton tayangan yang spesial itu, memahami dengan kagum dan setiap ujaran Bapak Quraish Shihab selalu menjadi renungan.
Pagi itu dibahas tentang Quran Surat Al-Baqarah tentang Zakat. Dalam bahasan pagi itu, yang juga merupakan penekanan dari ayat-ayat yang dibahas pada hari-hari sebelumnya, beliau menekankan bahwa 'agama bukanlah faktor halangan bagi setiap muslim untuk beribadah, karena itu adalah urusan ALLAH.
Bahkan beliau menyatakan bahwa umat selain muslim pun berhak beroleh zakat, jika memang mereka tidak mampu. Dan kita umat muslim wajib mengasihi setiap umat apapun agamanya, tidak menebar kebencian dan hidup dengan mereka penuh damai dan cinta. Indah bukan ?

Mungkin inilah yang membedakan tentang penyampaian sebuah materi dari seorang yang ahli-menguasai dan orang yang 'mengaku ahli'
padahal dia hanya mengetahui 'sebagian kecil' dari sebagian kecil.
Analoginya sama kalau kita membaca sebuah buku terjemahan Manajemen Pemasaran. Secara pribadi saya lebih senang membaca buku apapun dalam bentuk original text dibanding terjemahan, karena membaca buku asli itu jauh lebih mudah dimengerti.
Saya sangat sering menemukan 'banyak perbedaan penafsiran' pada buku terjemahan, apalagi yang diterjemahkan oleh orang yang 'tidak memiliki keahlian sama sekali' atau 'hanya memiliki sebagian keahlian dan pemahaman' sehingga mereka menerjemahkan secara 'sesat'.
Sangat disayangkan jika seorang pemasar pemula mengawali pengetahuannya dengan membaca buku terjemahan !
Sekalian melatih kemampuan Bahasa Inggris. Jadi, sekali meregkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui khan ?

Jadi banyak sekali orang 'dengan pemahaman sebagian' bertebaran di muka bumi ini, dan mereka-mereka sangat mendominasi kehidupan, dan menjadi decision maker dimana-mana. Apalagi di negara seperti Brunai Darusalam, bahkan perkataan Sultan setara dengan undang-undang, maka tak adalagi yang mengingatkan, walau 'titah itu sesat' maka jadilah sepanjang hayat pemerintahan 'sang sultan mereka melakukan 'kesalahan berjamaah' dalam kurun waktu yang lama, dan kesalahan itu telah menemukan pembenaran, bahkan menjadi budaya di seantero negeri.

Maka, dapat saya tarik hipotesa pertama bahwa berbagai kejadian, kerusuhan, kesalahpahamanyang terjadi di negeri kita, dalam satu dekade terakhir ini, mungkin diakibatkan oleh 'segerombolan orang' yang mempelajari agamanya dengan sepotong-sepotong, mencari pembenaran dan menerapkannya secara keliru.
Saya sangat yakin, tidak satu agama pun, terutama Islam, yang membenarkan pembunuhan, dan penghilangan nyawa seseorang karena alasan yang tidak kuat ?
Jika alasan itu kuat, terutama karena fatwa ulama, seperti apa yang terjadi di Ambon 7 tahun yang lalu, maka ini 'dapat dibenarkan' secara
hukum peperangan dalam Islam, karena sudah ada korban yang jatuh, penyerangan, pembunuhan, perampasan, pemerkosaan dan penindasan pada salah satu 'golongan umat' yang sedang merayakan Idul Fitri, sebuah hari kemanangan yang memang diperuntukkan bagi orang yang menang.
Bersambung

Fr: eri (uje_jamaah@yahoogroups.com)

Tidak ada komentar: