Februari 04, 2009

Jadual Puasa Sunnah Yang Dianjurkan Islam - Tahun 2009

Bismillah,,

Sehubungan dengan telah masuknya kita ke tahun baru Hijriah, 1430 H, kami postingkan Daftar Puasa Sunnah untuk 1430 H atau 2009 M. Semoga bermanfaat dan kita semua bisa mengamalkannya. Aamiin.

1. Puasa sunnah tiap hari Senin dan Kamis

2. Puasa Tiga Hari Setiap Bulan (Tanggal 13,14,15 di kalender Islam)
- 10, 11, 12 Januari 2009/Muharram 1430 H
- 8, 9, 10 Februari 2009/Shafar 1430 H
- 10, 11, 12 Maret 2009/Rabi’ul Awwal 1430 H
- 9, 10, 11 April 2009/Rabi’ul Akhir 1430 H
- 8, 9, 10 Mei 2009/Jumadil Awwal 1430 H
- 6, 7, 8 Juni 2009/Jumadil Akhir 1430 H
- 6, 7, 8 Juli 2009/Rajab 1430 H
- 4, 5, 6 Agustus 2009/Sya’ban 1430 H

- Puasa (wajib) Ramadhan 1430 H - 22 Agustus - 19 September 2009 ***t275: dengan demikian, tidak ada puasa sunnah 3 hari di bulan Ramadhan..***

- 2, 3, 4 Oktober 2009/Syawwal 1430 H

- 1, 2, 3 November 2009/Dzulqa’idah 1430 H

- 30 November, 1, 2 Desember 2009/Dzulhijjah 1430 H. ***tgl 30 November = hari Tasyriq, tidak boleh berpuasa***

3. Puasa Sepertiga Bulan - Yakni di bulan Dzulhijjah.
Antara 18 November - 17 Desember 2009.
Puasa tanggal 9 Dzulhijjah (Arafah) bagi selain orang yang melaksanakan haji. Tanggal 26 November 2009.

Tidak boleh berpuasa :
Hari Idul Adha - 10 Dzulhijjah / 27 November 2009.
Hari tasyriq 11,12,13 Dzulhijjah / 28, 29, 30 November 2009.

4. Puasa Bulan Muharram - ‘Asyura’ selama 3 hari - 9, 10, 11 Muharram
Sangat dianjurkan tanggal 9 dan 10 (Tasu’a dan ‘Asyura) 6, 7, 8 Januari 2009.

5. Puasa pada sebagian bulan Sya’ban
Antara 23 Juli - 21 Agustus 2009.

6. Puasa pada bulan Syawal - 6 hari
Tidak diperkenankan puasa pada 1 Syawal (20 September 2009)
Antara 20 September - 19 Oktober 2009.

7. Puasa Daud - berpuasa selang seling
Berpuasa satu hari lalu berbuka satu hari. *kecuali hari2 yang dilarang berpuasa*

Oktober 24, 2008

WUDHU LAHIR & BATIN

Seorang ahli ibadah bernama Isam Bin Yusuf, sangat waras dan khusyuk sholatnya.
Namun, dia selalu khawatir kalau-kalau ibadahnya kurang khusyuk dan selalu bertanya kepada orang yang dianggap lebih ibadahnya, demi untuk memperbaiki dirinya yang selalu dirasakan kurang khusyuk.

Pada suatu hari, Isam menghadiri majlis seorang abid bernama Hatim Al-Assam dan bertanya, "Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah caranya tuan sholat?
" Hatim berkata, "Apabila masuk waktu solat, aku berwudhu lahir dan batin.
" Isam bertanya, "Bagaimana wudhu lahir dan batin itu?
" Hatim berkata,"Wudhu lahir sebagaimana biasa yaitu membasuh semua anggota wudhu dengan air".

Sementara wudhu batin ialah membasuh anggota dengan tujuh perkara :
* Bertaubat
* Menyesali dosa yang telah dilakukan
* Tidak tergila-gilakan dunia
* Tidak mencari/mengharap pujian orang (riya')
* Tinggalkan sifat berbangga
* Tinggalkan sifat khianat dan menipu
* Meninggalkan sifat dengki."

Seterusnya Hatim berkata, "Kemudian aku pergi ke masjid, aku kemaskan semua anggotaku dan menghadap kiblat.
Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku rasakan:
1. Aku sedang berhadapan dengan Allah,
2. Surga di sebelah kananku,
3. Neraka di sebelah kiriku,
4. Malaikat Maut berada di belakangku, dan
5. Aku bayangkan pula aku seolah-olah berdiri di atas titian 'Shiratal mustaqim' dan menganggap
bahwa sholatku kali ini adalah sholat terakhir bagiku, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan
baik."

"Setiap bacaan dan doa didalam sholat, aku paham maknanya kemudian aku ruku' dan sujud dengan tawadhu, aku bertasyahud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku bersholat selama 30 tahun."

Ketika Isam mendengar, menangislah dia karena membayangkan ibadahnya yang kurang baik bila dibandingkan dengan Hatim.


Evid Fadliyah (uje_jamaah@yahoogroups.com)



Kenang - Kenangan Hidup >> Part 7 -END-

Jodoh itu ditangan ALLAH, Ref...

Ketika di SMA dulu, saya begitu mencintai seorang gadis.
Dia wanita yang sholeh lagi cerdas, selalu menduduki rangking pertama di kelas Fisika.
Saya begitu mencintainya, demikian pun sebaliknya.
Ketika akan kuliah dulu, saya berjanji ketika tiba waktunya saya akan menikahinya, menjadi Ibu dari anak-anak saya, dan wanita yang akan mengantarkan saya ke syurga.
Dia adalah gadis paling cantik sekaligus paling cerdas di sekolah. Pujaaan hampir semua laki-laki, dan diantara semua laki-laki saya adalah yang paling beruntung bisa beroleh kasih dan cintanya.
Setiap pulang liburan ke ambon, saya selalu singgah ke rumahnya melepas rindu.
Ayahnya sangat menyayangi saya, pun Ibunya.
Mereka bahkan berharap agar kami segera menikah, namun saya mmemberikan jaminan pada keluarganya bahwa kelak ketika sudah ada
kemampuan dan usai kuliah, saya akan melamarnya.

Waktu berlalu, ketika kerusuhan hingga pasca kerusuhan, saya kehilangan kontak dengan dia.
Rumahnya porak poranda terbakar, dan keberadaan mereka tak tau rimbanya. Apakah telah tiada atau sedang berada dimana.
Tak kenal lelah saya mencari khabar tentangnya, lewat semua kenalan, teman yang tersisa, bahkan lewat radio.
Putus asa rasanya, hingga suatu hari ada yang meyakinkan saya, bahwa jika memang jodoh pasti ALLAH akan pertemukan, dan
jika itu hak saya, maka ALLAH akan mengembalikan hak-hak itu.
Sejak saat itu saya hanya menanti, rasanya tak ada wanita satupun yang bisa menggantikan dia di hati saya, bahkan hingga kini !

Untuk menghabiskan waktu dan mencari pekerjaan sampingan, karena pada saat itu saya meminta Ibu tidak lagi memikirkan uang buat saya, karena saya akan berusaha mencari sendiri.
Saya bekerja sebagai pelayan di cafe-cafe di Bogor, menjadi tenaga penjual di sebuah toko komputer, dan mengajarkan les fisika-kimia- matematika buat anak SMU.
Lumayanlah, jika ditambahkan dengan beasiswa, Alhamdulillah lebih dari cukup. Dan tak lupa saya kirimkan Ibu, yang telah menjadi Inspirasi hidup utama dalam hidup saya, disamping sang pujaan hati.

Mungkin sudah menjadi suratan takdir, ketika saya sudah bisa melupakannya, terjadi sebuah keajaiban.
Suatu ketika, 5 tahun pasca kerusuhan, saya sedang mencari sebuah buka di Kampus IPB Baranangsiang.
Di kampus itu ada sebuah tempat yang sangat populer sebagai DPR (Dibawah Pohon Rindang) tempat mahasiswa bercengkrama dan membeli buku bajakan 'dengan harga terjangkau'.
Ketika saya sedang 'membaca buku yang dicari' tiba-tiba ada suara lembut menyapa persis disamping saya...
Ref.. .ini Iref bukan ?
Semula saya abaikan karena memang sudah tak asing dimana-mana orang menyapa saya di kampus ( Narsist Bgt ! )
karena memang saya cukup populer di IPB.
Namun entah kenapa hati ini bergetar kencang, dan sepertinya 'sangat mengenal' suara itu.

Dengan ragu saya menoleh ke samping, dan disana berdiri seorang gadis berjilbab panjang, dengan rona wajah yang cantik merona, sholehah dan
cerdas.

Antara percaya dan tidak, saya berteriak kaget.
Rupanya dia adalah perempuan yang selama lima tahun saya cari-cari, karena memang saya mencintainya.

Tanpa pikir panjang saya tarik tanggannya dan membawanya ke sebuah tempat yang nyaman.
Tak henti-hentinya air mata ini mengalir karena rindu dan cinta yang lama terpendam.
Begitupun dia, sepertinya dia pun selalu mencari saya selama lima tahun itu.
Kami bercerita sangat lama, namun saya hampir tak percaya, ketika dia bilang bahwa besok pagi dia akan menikah di masjid Al-Huriyah, Kampus IPB darmaga Bogor, dengan seorang pemuda Sumba.
Saya menangis dan nyaris putus asa.
Namun, dia menggenggam tangan saya dan berkata bahwa Jodoh itu sudah diatur dari langit, dan mungkin apa yang terjadi pada waktu itu sudah bagian dari skenario langit, dia berkata tetaplah mencinta sebagai sesama makhluk ALLAH.
Dia meminta saya menghadiri pernikahannya besok pagi dan meminta saya menjadi saksi pernihkahan itu.
Permintaan pertama saya kabulkan, namun yang kedua dengan berat hati tidak bisa, dan dia maklum.
Keesokan harinya saya menghadiri pernikahan itu, namun tidak lama karena 'saya tidak tahan'.
Namun lama kelamaan saya bisa menerima seutuhnya keadaan ini.
Cinta itu tidak selamanya memiliki .


21 Oktober (Ramadhan) 2006

Refrinal

General Manager Operation

PT FIELD SURVEY INDONESIA



Fr: eri (uje_jamaah@yahoogroups.com)


Kenang - Kenangan Hidup >> Part 6c

Keajaiban - Kejaiban di Bulan Syawal

Banyak keajaiban dan keanehan yang saya alami.
Pada setiap pertempuran bahkan berhadap-hadapan dengan musuh, saya selalu selamat seperti ada yang menjaga.
Hal yang paling beratpun paling terluka di tangan dan punggung akibat sabetan parang.
Namun tak seberapa sakitnya, dibanding apa yang saya lihat terjadi pada teman-teman lain yang syahid. makan yang saya makan pun dari sisi kelayakan dan hiegenis juga sangat buruk, dan lebih sering tidak makan karena saya lebih mengutamakan anak-anak dan perempuan.
Adik perempuan saya turut berjuang, mempersiapkan segala seusatunya, bahkan maju ke medan tempur.
Kami berdua sering makan makanan yang basi, bahkan kami tak jarang makan daun-daunan yang kami petik dari langsung dari pohonnya,
bahkan bunga pun kami makan.
Tapi inilah bagian kebesaran ALLAH.
Kami berdua tak pernah sakit perut, bahkan tumbuh rasa saling menyayangi dan kesadaran persaudaraan yang begitu dalam hingga kini.

Banyak sekali keajaiban lain yang hingga kini masih menyisakan pertanyaan.
Pada suatu saat, saya terbaring lelah di pelataran mesjid bersama adik perempuan saya.
Tiba-tiba beduk berbunyi dan kumandang azan bergema, padahal waktu shalat belum masuk.
Rupanya pada malam itu Masjid Al-Fatah diserang oleh beribu orang dari empat penjuru mata angin, dari darat dan laut.
Pada hari itulah saya merasa bahwa itulah hari terakhir saya hidup didunia, mengingat keadaan yang lemah, dan jumlah musuh yang jauh lebih
besar dengan peralatan yang lengkap.
Dengan tombak ditangan, saya ciumi adik saya itu dan memintanya menemui Ibu, dan sampaikan pesan bahwa betapa saya sangat menyayangi beliau sebagai pesan terakhir.
Malam itu saya maju ke barisan paling depan, tepat di depan pagar masjid bersama pemuda-pemuda berani lainnya.
Dan dari dalam masjid, terdengar takbir bergemuruh membelah langit...
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar...La Ilaha Illallahu
Allah Akbar...Allahu Akbar Walillah Ilham...
berulang bergema, bergemuruh yang menjadi mesiu bagi kami menghadapi musuh yang menyerang.
Serangan malam itu sangat dasyat, mereka persis didepan Masjid, berusaha menaiki pagar menyerang penuh dendam, marah dan murka.
Namun ketika semuanya 'berjuang pasrah' menengadahkan tombak, parang atau apa saja, menahan serangan agar tak bisa menerobos hingga ke dalam Masjid yang berisikan perempuan-perempuan , diantara Ibu dan adik perempuan saya.
Namun entah kenapa, tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya, semua penyerang itu tiba-tiba lari terbirit-birit seperti dikejar setan, dan saya terdiam masygul. Ada apa gerangan? Apakah ini taktik ?
Atau.....

Dari beberapa mereka yang tertangkap, terungkap bahwa mereka melihat beribu-ribu tentara berkuda berjubah putih mengelilingi Masjid dan balas
menyerang mereka tanpa rasa takut dan pedang terhunus.
Hampir seratus orang yang tertangkap berkata sama.
Masya ALLAH, rupanya ALLAH telah menunaikan janjinya, menurunkan bala tentara dari langit.
Keajaiban lain yang tidak terlupakan adalah ketika tiba-tiba dari kejauhan saya melihat ada bola api yang sangat besar menuju ke Masjid, namun entah kenapa sebelum menyentuh Masjid, Bola api itu kembali keasalnya.
Rupanya ALLAH benar-benar menjaga balatentaranya.
Sejak itu saya tidak lagi pernah menjadi pengecut, dan tidak pernah mengenal rasa takut terhadap siapapun di dunia.
Peristiwa demi peristiwa teah mengajarkan saya menjadi laki-laki pemberani.

Sahabat yang hilang....
Pada peristiwa itu, saya banyak sekali kehilangan sahabat yang selama ini mewarnai keseharian.
Teman semasa kecil, teman semasa sekolah dan para handai taulan.
Mereka gugur karena ulah sebagian manusia yang telah memicu peristiwa ini.
Dua puluh tiga teman sekolah saya ketahui telah gugur dan ini belum termasuk yang tidak diketahui.
Walaupun mereka telah tiada, namun kenangan mereka hidup bersama saya hingga kini dan nanti, sepanjang hidup !
Diantara mereka ada dua nama yang baru saya dapatkan khabar beberapa bulan yang lalu, yang keduanya adalah sahabat baik saya,
Yani Ekawati Moyo dan Johana Lisapaly.
Dua gadis cantik dan cerdas itu kini damai 'bercanda dan tertawa' di sisi ALLAH.
Semoga ALLAH mengampuni dosa-dosa mereka dan menerima semua amalan mereka, melapangkan kuburnya dan diberi tempat yang
indah di surga. Amien.

Hingga kini saya masih mencari khabar tentang sahabat-sahabat saya yang lain, Salmon Haumahu, Yakob Wattimena, Peter Sahupala, Yakobus, Novaro, Irfan, Budi Titiono, Bilhan Alfredo Elsafan Pattikawa, Elok Kusumo, Hamid, La Ode On Zainal Arifin, Rasyid Kadir, Muhammad Ilham, Syarifah Faradilla Binti Thahir, Heldrik, Deddy Rinsampessy, Simon Simau, Andi Fredriksz, Berly Senapati, Wihelmina Lodrigus, Barbara Lodrigus, Petrus Elake, Amshar Bakhtiar, Apri Imam Supi'i dan teman-teman lain yang tak bisa saya sebutkan satu persatu.
Apakah mereka adalah salah satu diantara member milist ini ?
Ataukah anda mengenal mereka ?
Sungguh betapa rindu saya pada mereka.
Bersambung


Fr: eri (uje_jamaah@yahoogroups.com)




Oktober 23, 2008

Apakah itu Sakaratul Maut ?

RASA SAKIT KETIKA SAKARATUL MAUT MENJEMPUT

"Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat
mencabut nyawa orang-orang yang kafir,
seraya memukul muka dan belakang mereka serta
berkata: 'Rasakanlah olehmu siksa neraka yang
membakar.' (Niscaya kamu akan merasa sangat ngeri)
(QS. Al-Anfal {8} : 50).

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu
orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan
sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan
tangannya (sambil berkata), 'Keluarkanlah nyawamu!'

Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat
menghinakan, karena kamu selalu mengata kan terhadap
Alloh (perkataan) yang tidak benar dan karena kamu
selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya" .
(Qs. Al-An'am : 93).

Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal
perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan
meninggal dunia itu durhaka kepada Alloh,
maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar.

Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara
mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati.
Namun demikian peristiwa terpisahnya
nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan.

"Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus
kali sakitnya dipukul pedang". (H.R. Ibnu Abu Dunya).

Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli
ibadah, kuat mengerjakan sholat sampai puluhan raka'at dalam sehari
semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan
amal Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke
langit. Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail.

Maka bermohonlah ia kepada Alloh Swt agar di perkenankan
mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Alloh Swt, mengabulkan permohonan
Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai
seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris.

"Assalamu'alaikum, yaa Nabi Alloh". Salam Malaikat Izrail,

"Wa'alaikum salam wa rahmatulloh" . Jawab Nabi Idris a.s.

Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang
bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail.

Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat
Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya
makan bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail.

Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s
mengkhususkan waktunya "menghadap". Alloh sampai keesokan
harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail.
Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan
sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja.

Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak
jalan-jalan "tamunya" itu ke sebuah perkebunan di mana
pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan.
"Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini
untuk kita". pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris a.s).

"Subhanalloh, (Maha Suci Alloh)" kata Nabi Idris a.s.

"Kenapa?" Malaikat Izrail pura-pura terkejut.

"Buah-buahan ini bukan milik kita". Ungkap Nabi Idris a.s.

Kemudian Beliau berkata: "Semalam anda menolak makanan
yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram".

Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan
wajah tamunya yang tidak merasa bersalah.
Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang
belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan pikir Nabi Idris a.s.

"Siapakah engkau sebenarnya?" tanya Nabi Idris a.s.

"Aku Malaikat Izrail". Jawab Malaikat Izrail.

Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika
tubuhnya bergetar tak berdaya.

"Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku?"
selidik Nabi Idris a.s serius.

"Tidak" Senyum Malaikat Izrail penuh hormat.

"Atas izin Alloh, aku sekedar berziarah
kepadamu". Jawab Malaikat Izrail.

Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau
hanya terdiam.


"Aku punya keinginan kepadamu". Tutur Nabi Idris a.s

"Apa itu? Katakanlah!" . Jawab Malaikat Izrail.

"Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang.
Lalu mintalah kepada Alloh SWT untuk menghidupkanku kembali,
agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan
amal ibadahku". Pinta Nabi Idris a.s.

"Tanpa seizin Alloh, aku tak dapat melakukannya"
, tolak Malaikat Izrail. Pada saat itu pula Alloh SWT memerintahkan Malaikat
Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris a.s.

Dengan izin Alloh Malaikat Izrail segera mencabut nyawa
Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat.

Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Alloh SWT
agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Alloh mengabulkan
permohonannya.

Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali.

"Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku?" Tanya
Malaikat Izrail.

"Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup
dikuliti". Jawab Nabi Idris a.s.

"Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan
terhadapmu". Kata Malaikat Izrail.

MasyaAlloh, lemah-lembutnya Malaikat Maut (Izrail) itu
terhadap Nabi Idris a.s. Bagaimanakah jika sakaratul maut itu, datang
kepada kita? Siapkah kita untuk menghadapinya?


"Sebarkanlah walau hanya satu ayat"

Fr: Subhan (uje_jamaah@yahoogroups.com)

TAUBAT & ISTIGHFAR UNTUK DOSA 200 KALI ZINA


"Katakanlah: "Hai hamba-hamba- Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. 39:53)

Pagi itu di Madinah Al Munawarah dalam sebuah kesempatan Umrah di tahun 2007, seorang ustadz pembimbing dihadang oleh seorang jemaahnya saat sarapan pagi di restoran hotel. Jemaah tersebut meminta waktu sang ustadz untuk berkonsultasi sedikit dari permasalahan.

"Ustadz..., apakah bila seseorang mempunyai dosa yang menggunung kemudian dia bertaubat dan minta ampun kepada Allah maka taubatnya akan diterima?"

Sambil tersenyum sang ustadz menjawab enteng, "Tentu taubatnya akan Allah terima!"

"Tapi ustadz, ada seorang sahabat saya yang kebetulan sedang berumrah dan ada di Madinah saat ini, dan ia ragu kalau taubatnya tidak diterima oleh Allah...!" sambung sang jemaah.

"Mengapa ia masih ragu?!" sahut pak ustadz.

"Sebab dia pernah melakukan dosa zina, Ustadz!" tandas sang jemaah.

Sambil menampakkan wajah penuh keteduhan dan keseriusan, sang ustadz berkomentar, "Peluang untuk bertaubat akan senantiasa terbuka untuknya...! "

"Tapi ustadz, zina yang dia lakukan nggak cuma sekali...!" jelas sang jemaah. "Memangnya berapa kali zina yang dilakukannya. ..?" tanya sang ustadz penasaran.

"100 kali zina mungkin pernah dia lakukan, Ustadz!" imbuh sang jemaah.

"Astaghfirullahal Adzhiim....!" terdengar sang ustadz beristighfar sebab kaget mendengarnya. Terlihat rona dan mimik wajah sang ustadz berubah sebab keterjutan itu.

Mendapati hal itu sang jemaah bertanya sekali lagi kepada gurunya tadi, "Kalau dosa zina sebanyak itu..., apakah ada kesempatan bertaubat untuknya, Ustadz?!"

Sang ustadz mengela nafas kemudian berkata, "Tentu..., kesempatan bertaubat akan selalu terbuka untuknya. Kedua tangan Allah Swt akan terbentang di waktu malam, agar orang yang berdosa di waktu siang sempat bertaubat. Kedua tanganNya pun akan selalu terbuka di waktu siang, agar orang yang berdosa di waktu malam sempat untuk bertaubat.[1] Pintu taubat selalu terbuka untuk hamba Allah sepanjang waktu. Baik siang, malam, pagi ataupun petang...!!! "

Mendengar penjelasan ini sang jemaah merasa agak nyaman. Terdengar jemaah itu bergumam lalu ia pun melanjutkan bicara, "Kayaknya sahabat saya itu tidak berzina sebanyak 100 kali deh, Ustadz!"

Mendengarnya sang ustadz berharap dalam hati bahwa angka zina yang dilakukannya tidak mencapai sebanyak itu. Namun sang ustadz teramat kaget begitu mendengar sang jemaah melanjutkan kalimatnya.

"Kayaknya 200 kali zina juga lebih dia lakukan...!! !" imbuh sang jemaah.

"ASTAGHFIRULLAHAL AZHIM....!!!" sang ustadz beristighfar kepada Allah dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya. Tak terbayang oleh sang ustadz tentang sosok hamba Allah Swt yang berani melakukan dosa zina sebanyak itu. Sang ustadz merenung dan memikirkan kelakukan manusia bejat ini, hingga rona wajah sang ustadz sungguh berubah secara drastis.

Mendapatinya sang jemaah kembali mengejar, "Ustadz, kalau dosa sebanyak itu.... apakah bila ia bertaubat maka akan diterima oleh Allah?!"

Berat sebenarnya sang ustadz menata hati saat mendengar peristiwa ini. Namun sang ustadz mencoba untuk tersenyum dan meyakinkan jemaahnya dengan ucapan, "Meski dosa tiada terhitung. Meski dosa setinggi langit, bahkan bila dosa itu sepenuh bumi. Selagi sang hamba bertaubat dan beristigfar kepada Allah, maka pasti Allah Swt akan menerima taubat dan memberi ampunan untuknya!

Jawaban ustadz terakhir membuat sang jemaah merasa lega. Ia mulai tersenyum dan kemudian mengatakan, "Alhamdulillah. ..., kalau memang demikian maka saya akan menyampaikan kabar ini kepada sahabat saya itu. Semoga ia yakin bahwa taubatnya akan Allah terima. Tapi ustadz, supaya dia bisa dengar langsung... bisakah saya ajak dia untuk bertemu dengan ustadz?"

"Dengan senang hati saya bersedia berjumpa dengannya. Silakan datang ke kamar 709. Saya tunggu ya di kamar pukul 8 pagi ini...! terang pak Ustadz.

Sejurus kemudian sang ustadz meninggalkan jemaahnya di meja restoran. Beliau pergi menuju kamarnya sambil terus berucap istighfar kepada Allah Swt karena sulit membayangkan betapa besar dosa yang dilakukan oleh hamba Allah Swt seperti yang diceritakan jemaahnya. Beliau masuk ke kamar, lalu tepat pukul 8 pagi, sang ustadz mendengar pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Sang ustadz sigap bangkit untuk membuka pintu, dan ia menduga di balik pintu kini sudah berdiri dua orang manusia. Pertama adalah jemaah yang sudah dikenalnya, dan satunya lagi adalah sahabat jemaahnya yang katanya pernah melakukan dosa zina bahkan 200 kali lebih!

***

Sayang..., begitu sang ustadz membuka pintu ternyata di sana hanya berdiri sesosok pria yang tiada lain adalah jemaahnya sendiri. "Mana sahabatmu yang mau konsultasi.. .?" sang ustadz menanyakan.

"Tadinya dia sudah mau ke sini, namun setelah berpikir beberapa lama ia mengutusku saja untuk menemui ustadz. Dia bilang, ia malu berjumpa dengan ustadz!" jelas sang jemaah.

"Ya sudah kalau begitu, silakan masuk!" sahut pak ustadz.

Jemaah itu kemudian masuk ke kamar sang ustadz. Dia duduk di salah satu kursi yang ada dalam kamar itu.. Sedikit pembicaraan awal pembuka suasana mulai terdengar, hingga sang jemaah itu kembali bertanya hal yang sama kepada sang ustadz, "Apakah bila dosa zina bahkan hingga lebih 200 kali akan bisa diampuni oleh Allah bila sang hamba mau bertaubat... ?!"

Sang ustadz mencoba meyakinkan dengan berbagai macam dalil Al Quran dan hadits yang menyatakan bahwa Allah Swt adalah Maha Penerima taubat. Berkali-kali usai membacakan dalil sang ustadz menegaskan, "Pasti Allah Swt akan menerima taubat hambaNya!!!"

Jawaban-jawaban ustadz itu rupanya sudah cukup melegakan bagi sang jemaah. Usai berdiskusi selama setengah jam lamanya akhirnya sang jemaah kemudian menyalami tangan sang ustadz. Dengan mata berkaca-kaca jemaah itu kemudian berkata, "Ustadz mohon maaf ya..., orang durjana yang berzina lebih dari 200 kali itu tiada lain adalah saya orangnya!!!"

Bagai disambar petir sang ustadz teramat kaget mendengarnya. Seolah tak percaya mendengar penuturan itu, kedua mata sang ustadz memandangi jemaahnya yang kini sedang menangis di hadapannya mulai dari atas ke bawah hingga dia pandangi dengan cara yang sama berulang-ulang. "Kok bisa ya, ia melakukan semua dosa ini...?!" gumam sang ustadz dalam hati. Namun sang ustadz menyadari bahwa ia sudah menjamin pintu taubat bagi pelaku zina sebanyak ini. Ia tidak akan menarik ucapannya lagi! Akhirnya sang ustadz memeluk jemaahnya dan ada kehangatan iman yang kini menjalar masuk menembus relung hati sang jemaah.

***

"Maafkan saya, Ustadz! Saya harus berbohong dalam masalah ini. Saya semula khawatir ustadz akan marah kepada saya bila tahu saya melakukan dosa sebanyak ini... Makanya saya berpura-pura bahwa yang melakukan ini adalah sahabat saya. Sungguh saya ingin bertaubat kepada Allah Swt atas semua dosa zina yang pernah saya lakukan. Apalagi sekarang Allah Swt sudah beri saya seorang istri shalihah yang berjilbab. Bahkan dua orang anak saya adalah perempuan. Setiap kali mau pergi meninggalkan rumah, saya merasa amat khawatir bila mereka bertiga akan digagahi oleh pria lain, seperti yang sering saya lakukan dengan banyak wanita. Saya gak sanggup menanggung dosa ini, Ustadz...!!! "

Sang ustadz merasa iba dan haru mendengar penuturan taubat seorang jemaahnya. Beberapa petuah untuk bertaubat dan beristighfar diajarkan oleh sang ustadz untuk ketenangan hati jemaahnya.

Akhirnya usai mendapatkan ketenangan batin itu, sang jemaah berpamitan dan ustadz pun melepasnya hingga ke depan pintu kamar. Lalu pintu itu pun tertutup kembali.

***

Sang ustadz menghirup nafas yang dalam usai tamunya pergi. Kini sang ustadz mulai mengerti betapa berat beban dosa yang dipikul orang pelakunya. Dan betapa usai bertaubat dan beristighfar kepada Allah terdapat banyak kedamaian, ketenangan dan ketentraman jiwa.

"Sungguh taubat & istighfar akan membawa orang yang melaksanakannya bersih jiwa dan pikiran!!!" simpul pak Ustadz.

Fr: Nita (uje_jamaah@yahoogroups.com)


Sumber:

Sydney, 5 Syawal 1429

Salam,

Bobby Herwibowo

www.kaunee.com

Pesan Ibu


oleh Eko Prasetyo

Shalat adalah salah satu diantara rukun Islam. Selain ibadah wajib, shalat adalah tiangnya agama.

Shalat adalah salah satu di antara lima rukun Islam. Selain ibadah wajib, shalat adalah tiangnya agama. Barang siapa mendirikan shalat, maka dia telah menegakkan tiang agama. Barang siapa meninggalkan shalat, maka dia telah merobohkan tiang agama.
Rasulullah SAW bersabda, ”Batas antara seseorang dan kemusyrikan adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim).

Sebelum Ramadhan lalu, kedua orang tuaku berkunjung ke Surabaya. Aku menjemput kedatangan beliau berdua di Stasiun Gubeng. Cuaca Surabaya saat itu memang cukup panas. Setelah menunggu beberapa lama, aku melihat wajah ayah dan ibu saya di depan pintu peron keluar. Dibalut jilbab, aku menatap wajah ibu dan mencium tangan beliau.

Aku lantas membawakan tas dan barang bawaan mereka ke dalam kendaraan. Kemudian kami sama-sama menuju ke ke rumahku. Cukup lama aku tak melihat wajah ibu karena jarang pulang ke Bekasi. Karena itu, kedatangan beliau menjadi penawar kangen. Hanya dua hari bermalam sekaligus menengok keluarga di Surabaya, kedua orang tuaku langsung
berpamitan kembali ke Bekasi. Sebelum sepur berangkat menuju Jakarta, ibu berkali-kali berpesan kepadaku untuk selalu menjaga shalat. ”Insya Allah. Suwun, Bu, ” jawabku.

Suatu senja, seorang wanita berjalan tertatih-tatih. Pakaiannya serbahitam, seolah menandakan bahwa dia tampak sangat berduka. Kerudung menangkup rapat hampir seluruh wajahnya, tanpa rias muka atau perhiasan yang menempel di tubuhnya. Kulitnya bersih, badannya ramping, dan wajahnya cantik. Namun, itu tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah menyeruak hidupnya. Dia melangkah terhuyung-huyung mendekati kediaman Nabi Musa as. Dia mengetuk pintu pelan-pelan sambil
mengucapkan salam.

Kemudian, terdengarlah ucapan dari dalam, ”Silakan masuk.” Wanita cantik itu lalu masuk. Kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala dia berkata, ”Wahai nabi Allah, tolonglah aku.

"Doakan aku agar Allah berkenan mengampuni dosa keji ku". ”Apakah dosamu wahai wanita cantik?” tanya Nabi Musa as terkejut. ”Aku takut mengatakannya, ” jawab wanita cantik itu. ”Katakanlah jangan ragu-ragu,” desak Nabi Musa as. Dengan terbata-bata, wanita itu bercerita, ”Aku telah berzina.” Kepala Nabi Musa as terangkat. Hatinya tersentak.
Wanita itu meneruskan ceritanya. ”Dari perzinaan itu, aku lantas hamil. Setelah anak itu lahir, aku langsung mencekik lehernya hingga tewas,” ucap wanita tersebut seraya menangis sejadi-jadinya. Nabi Musa As murka. Dia menghardik, ”Enyahlah kamu dari sini agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!

Nabi Musa as lalu memalingkan wajahnya karena tidak sudi melihat wanita tersebut. Hati perempuan berparas ayu itu seperti kaca yang membentur batu. Dia merasa hancur luluh. Lalu, wanita itu segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk keluar dari rumah Nabi Musa as. Ratap tangis wanita itu amat memilukan. Dia tak tahu harus ke
mana lagi hendak mengadu. Bahkan, dia tak tahu hendak ke mana membawa langkah kakinya.

Bila seorang nabi saja menolaknya, lalu bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya. Terbayang oleh dia betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya. . Dia tak tahu bahwa sepeninggalnya malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa as. Malaikat Jibril bertanya kepada nabi Musa as, ”Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertobat
atas dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang paling besar daripadanya?”
Nabi Musa terperanjat. Dosa apakah yang lebih besar kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?

Maka, Nabi Musa as dengan penuh rasa penasaran bertanya kepada malaikat Jibril.
”Adakah dosa yang lebih besar daripada wanita yang nista itu?” tanya nabi Musa as. ”Ada”, jawab malaikat Jibril dengan tegas. ”Dosa apakah itu?” tanya Nabi Musa semakin penasaran. ”Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja dan tanpa menyesal, ” jawab
malaikat Jibril. Orang tersebut dosanya lebih besar daripada seribu kali berzina.

Suatu malam, di ujung ponsel, aku mendengar ibu kembali berpesan agar saya tidak meninggalkan shalat. ”Wis shalat ta?” begitu ibu selalu bertanya kepadaku. Hal itulah yang selalu beliau sampaikan tiap kami bertemu atau berkomunikasi lewat telepon. Aku kemudian merenung dengan hikmah kisah nabi Musa as serta wanita pezina dan pembunuh tadi. Aku bersyukur masih sering diingatkan ibu untuk selalu menjaga shalat.
Terima kasih bunda.


Fr: Nita (uje_jamaah@yahoogroups.com)

sumber: eramuslim.com