Agustus 18, 2008

Sufi Gaul






Masa remaja biasanya dipahami sebagai masa pergaulan. Di masa remaja
ini seorang remaja biasanya mencari teman sebanyak-banyaknya. Di
luar belajar, waktu seorang remaja biasanya dihabiskan untuk bermain
bersama teman-temannya. Ia bercanda dan memperbincangkan banyak hal
dengan teman-temannya dari mulai masalah pribadi sampai pada hal-hal
yang bersifat hiburan.

Karena itu,
remaja gaul biasanya sangat disenangi oleh teman-
temannya, baik teman sejenis maupun lawan jenisnya. Sedangkan remaja
yang menutup diri biasanya tidak memiliki banyak teman. Ia biasanya
tidak memiliki banyak teman. Ia biasanya dikatkan remaja kurang gaul
atau kuper (kurang pergaulan). Dalam persepsi remaja, remaja gaul
dipahami sebagai remaja yang dapat diajak gaul model apa saja dan
diajak ke mana ok saja. Jika temannya merokok, ia pun harus merokok.
Jika temannya mengenakan pakaian yang mempertontonkan aurat, ia pun
harus mengikutinya. Jika temannya minum-minuman keras atau
mengonsumsi NARKOBA, ia pun harus mengikutinya. Jika temannya
bergaul bebas dengan lawan jenisnya, ia pun harus mengikutinya dan
seterusnya.

Gaul dipahami sebagai kebersamaan, kesetiaan, kesamaan sikap dan
tingkah laku. Sehingga kalau ada yang tidak mau mengikuti apa yang
menjadi tren di kalangan teman-temannya, ia dikatakan kuper, sok
suci, sok ustadz, anak mamah dan lain sebagainya. Misalnya
sekelompok remaja kebiasaannya setelah pulang sekolah nongkrong di
mal-mal tanpa ada tujuan pasti, sementara ada temannya yang tidak
mau mengikuti mereka, maka temannya yang tidak mau turut dikatakan
kuper atau kurang gaul. Karena itu banyak remaja terjerumus NARKOBA
dan perbuatan negatif lainnya akibat adanya rasa gengsi jika tidak
mengikuti apa yang dilakukan teman-temannya.

Dalam suasana seperti ini mungkinkah seorang remaja berperilaku
shaleh (mengikuti norma-norma agama) tetapi tetap bisa bergaul
dengan teman-temannya? Mungkinkan seorang remaja yang selalu berkata
benar, berkata-kata yang baik-baik saja, membatasi banyak berkumpul
dengan lawan jenis, membatasi banyak berkumpul dengan teman-teman
untuk hal yang tidak perlu dan selalu mengutamakan pelajaran dari
pada hiburan, dapat bergaul dengan teman-temannya? Karena selama ini
remaja yang berperilaku shaleh sering dicap sebagai remaja yang
kurang gaul alias ekslusif.

Tentu saja bisa, terutama jika kita mampu mengubah persepsi apa yang
dinamakan remaja gaul. Pengubahan persepsi itu sendiri tidak perlu
menunggu orang lain melakukannya, melainkan harus diri kita sendiri.
Kita harus mendefinisikan apa yang disebut sebagai remaja gaul
dengan ukuran norma agama dan kita harus mampu komitmen dengan
pendefinisan itu. Kita tidak boleh terombang ambing dengan persepsi
orang lain. Kalau menurut kita, kita sudah cukup gaul sesuai dengan
norma agama, maka biarkan saja orang mau berkata apa.
Karena itu, yang terpenting adalah seorang remaja mengetahui norma-
norma agama yang mengatur pergaulan antar manusia. Diantaranya :

1. Lebih baik diam dari pada berkata-kata yang tidak baik
Rasulullah SAW bersabda:
Barang siapa beriman kepada allah dan hari akhirat, maka hendaknya
berkatalah yang baik-baik saja, (atau kalau tidak bisa) sebaiknya
diam saja. (H.R Muslim).
Lebih baik diam, dari pada berkata-kata yang tidak perlu, apalagi
perkataan yang mengandung maksiat. Seorang remaja tidak perlu
khawatir dikatakan kurang pergaulan akibat sikapnya yang banyak
diam. Asal jangan jadi remaja yang sok alim. Sok pendiam, tapi diam-
diam kelakuannya lebih parah dari teman-temannya.

2. Lebih takut kepada Allah dari pada kepada lain-Nya
Seorang remaja harus berani berkata "tidak kepada ajakan negatif
kawan-kawannya. Jangan takut dikatakan "kuper" atau sok alim untuk
menolak ajakan maksiat kawan-kawannya. Karena dalam Islam tidak
boleh ada ketaatan kepada orang lain, biarpun kepada pemimpin atau
orang tua apalagi kawan, jika menyakut kemaksiatan kepada Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan kepada Allah sesungguhnya
ketaatan hanya dalam hal kebaikan. (H.R Bukhari dan Muslim)

3. Mengutamakan kepentingan akhirat dari pada kepentingan dunia
Seorang remaja adalah orang yang sudah mukallaf, artinya harus
menjalankan semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-
Nya. Karena itu, jika seorang remaja melakukan perbuatan melanggar
ketentuan Allah, ia akan mendapat dosa dan akan disiksa di akhirat
nanti. Maka dari itu, seorang remaja yang shaleh akan mengutamakan
kepentingan dunia yang hanya sementara. Allah SWT berfirman, artinya
Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan (QS. Adh-
Duha:4)
Biarlah dikatakan kurang gaul atau perkataan lainnya, tetapi yang
penting masa depan kita di akhirat selamat.

4. Rela bersusah-susah terlebih dahulu untuk mendapatkan
kebahagian/keberhasilan
Tidak ada keberhasilan yang dicapai tanpa perjuangan. Semua orang
sukses pasti telah melakukan perjuangan terlebih dahulu. Seperti
kata pepatah, "Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.
Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian."
Seorang remaja yang menahan dirinya untuk tidak banyak bermain,
memanfaatkan waktu untuk belajar dan mengikuti kursus-kursus yang
lain, mungkin ia akan merasa hidupnya tertekan atau kurang hiburan.
Apalagi zaman sekarang ini, dimana acara-acara televisi bagus, ada
pertandingan sepak bola terkenal, sinetron percintaan anak remaja,
dan lain-lain.

5. Tidak melakukan perbuatan yang sia-sia
Seorang remaja harus memiliki pertimbangan ketika akan melakukan
semua perbuatan baik berkaitan dengan kegiatan dalam sekolah atau
dihubungan dengan pendidikan. Lakukanlah perbuatan atau ikutilah
kegiatan yang mendatangkan manfaat dan tinggalkanlah perbuatan dan
kegiatan yang sia-sia. Ingatlah firman Allah SWT:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kebenaran. (QS. Al-Ashr:1-3)
Yang dilakukan remaja adalah kegiatan yang positif (amal soleh)
bukan kegiatan yang sia-sia.
Seorang remaja yang mampu menjalankan prinsip-prinsip ini dalam
pergaulannya, tidak bisa disebut sebagai remaja kurang pergaulan
apalagi remaja yang sok alim atau sok soleh. Ia justru remaja yang
soleh yang patut dijadikan teladan bagi kawan-kawannya.
Inilah seorang sufi remaja yang mampu menempatkan dirinya di tengah
pergaulan modern yang hanya mengedepankan kesenangan. Ia mampu
bersikap dan bertindak tanpa melukai perasaan kawannya, tetapi
justru menimbulkan simpati dan pujian.

UJE

www.ujecentre.com

Tidak ada komentar: